700 mahasiswa dan mahasiswa UIN Ar-raniry sedang melakukan gladi tarian meusaho
Banda Aceh, Universitas Islam Negeri Ar-raniry
menggelar gladi pertama acara pembukaan sekaligus penutupan Pekan Ilmiah,
Olahraga, Seni dan Riset (PIONIR) yang ke VIII di stadion mini UIN Ar-raniry
Darussalam, Banda Aceh, Minggu (23/4).
Tata acara
pembukaan tersebut diawali dengan pembacaan Ayat suci Al-Qur’an oleh Takdir
Feriza yang merupakan juara MTQ tingkat Internasional di turki pada tahun 2015.
Kemudian dilanjutkan dengan serangkaian acara penyambutan Mentri Agama Negara
Republik Indonesia.
Acara
penyambutan itu dimeriahkan dengan pagelaran seni dan tarian massal yang
diikuti oleh 700 mahasiswa dan mahasiswi UIN Ar-raniry yang dikoordinasikan
oleh Dr. Sri Rahmi dan koreografer Anton Sabang. Tarian tersebut diberi nama “Meusaho” yang berarti bersatu padu.
Tari Meusaho merupakan perpaduan dari
beberapa tarian dari aceh yang diiringi perpaduan musik traditional dan modern
seperti rapa’i, seurune kale, gitar akustik, piano, terompet dan drum
band. Tari ini juga menggambarkan tentang identitas, rasa syukur dan keberagaman suku adat serta
budaya yang ada di Aceh. Tari Meusaho
terdari dari enam formasi yang menandakan keimanan umat Islam.
Selain itu,
enam formasi dalam tarian tersebut mengisahkan tentang kisah kelam 12 tahun silam
yang melanda Aceh, yaitu Tsunami pada 26 Desember 2004. Formasi pertama
mengisahkan tentang saat-saat terjadinya tsunami pada pagi minggu tersebut.
Kemudian dilanjutkan dengan 5 formasi perjuangan rakyat Aceh dalam
membangkitkan kembali semangat yang telah memporak porandakan Aceh pada masa
itu.
Dalam kata
sambutannya, Dr. Sri Rahmi menyatakan apresiasi yang sangat besar terhadap
hasil gladi tersebut, “meskipun ini merupakan pertama kalinya kita melakukan
gladi untuk acara pembukaan dan penutupan PIONIR VIII ini, saya sangat kagum
terhadap pencapaian hari ini, baik itu untuk panitia, penari, dan pemusik. Saya
berharap selanjutnya akan lebih luar biasa lagi untuk acara kita ini” ungkapnya
sambil bertepuk tangan sebagai tanda kagum.
Penulis: Mahathir Rafsanjani
Comments
Post a Comment