Mesjid Raya Baiturrahman
BANDA ACEH - Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) meresmikan proyek landscape dan infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh, Sabtu (13/5). Peresmian ditandai pemukulan beduk diiringi terbukanya satu dari 12 unit payung elektrik secara perlahan.
Proyek landscape dan infrastruktur MRB mulai dikerjakan sejak 2015 oleh PT Waskita Karya dengan pagu Rp 458 miliar dan selesai Mei 2017. Pengerjaan proyek ini tidak mengubah bentuk arsitektur masjid, melainkan menambah berbagai infrastruktur pendukung lain yang membuat masjid kebanggaan masyarakat Aceh ini terlihat semakin megah.
Seperti, pembangunan 12 unit payung elektrik berukuran 24x24 meter. Dengan adanya payung elektrik dapat menambah daya tampung masjid yang semula 9.000 jamaah di dalam menjadi 24.400 jamaah di dalam dan luar masjid. Payung ini secara desain mengikuti payung-payung yang ada di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi dengan tujuan selain menambah keindahan masjid juga memberi kenyamanan jamaah baribadah.
Selain itu juga dibangun basement area parkir dengan luas 8.600 meter2 yang mampu menampung 254 mobil dan 347 sepeda motor, 288 titik tempat wudhu dan toilet di lantai basement dengan luas 740 m2, pemasangan lantai marmer impor dari Italia pada area plaza di bawah payung elektrik dan koridor basement dengan dinding bermotif pintu Aceh, empat unit escalator dan dua jalur khusus bagi penyandang disabilitas. Di pelataran masjid dipasang marmer yang dibuat batas suci bagi jamaah.
Di halaman masjid juga ditanam 32 pohon kurma sebagai bentuk penyediaan ruang terbuka hijau seluas 13.000 m2 yang menyerupai Masjid Rasul di Madinah, Arab Saudi. Pohon geulumpang atau pohon Kohler (Kohlerboom) yang sempat ditebang saat pembangunan fondasi payung elektrik pada 19 November 2015 juga ditanam kembali sebagai bukti sejarah di sana pimpinan pasukan Belanda bernama Mayor Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler ditembak mati oleh pejuang (mujahid) Aceh saat Belanda berupaya merebut dan menduduki MRB pada 14 April 1873. Tetapi lokasinya sedikit bergeser dari tempat awal.
Jusuf Kalla yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia dalam sambutannya menyatakan bangga dengan wajah masjid raya saat ini. Menurutnya, MRB merupakan ikon masjid di Indonesia. “Tidak ada kalender masjid tanpa yang pertama Masjid Baiturrahman. Ini merupakan suatu kelebihan dan kebangaan kita semua,” katanya.
Menurutnya, masjid melambangkan peradaban bagi Aceh. Dalam keadaan bagaimana pun, rakyat Aceh selalu bersama dalam masjid. “Apabila dikenalkan Aceh pasti yang muncul masjid ini, sama kalau di Jakarta ada Monas, di sini ada Masjid Raya Baiturrahman untuk mengatakan ini Aceh,” ujarnya.
Karena itu, Jusuf Kalla mengaku sangat bahagia ketika MRB ini dilakukan perluasan dengan menambah berbagai infrastruktur, salah satunya pemasangan 12 unit payung elektrik. “Sehingga masjid ini menjadi Masjid Raya Baiturrahman di Serambi Mekkah dengan gaya Madinah. Jadi lengkaplah semuanya,” ulasnya.
Wapres mengapresiasi segala upaya semua pihak yang telah memajukan bidang keagamaan di Aceh dan menciptakan keindahan MRB. Tetapi, lanjutnya, keindahan masjid akan semakin lengkap apabila sejalan dengan kemakmuran masjid, seperti masjid ramai dipakai untuk ibadah sekaligus bermanfaat untuk masyarakat.
Menurutnya, ada dua hal penting yang perlu diketahui tentang fungsi masjid yaitu masjid perlu dimakmurkan tetapi masjid juga perlu memakmurkan masyarakatnya. Artinya, pembangunan masjid harus bisa memberikan kenyamanan bagi semua orang untuk meningkat ibadahnya kepada Allah swt dan memberikan fungsi serbaguna.
Ia memberikan contoh seperti zaman Rasulullah di mana masjid selain tempat ibadah juga sebagai tempat bermusyawarah atau perundingan dalam mengatur stategi perang. Dalam sejarah, Masjid Raya Baiturrahman, kata mantan juru runding GAM-RI ini, juga pernah berfungsi seperti itu.
Jusuf Kalla juga menyatakan kemegahan dan keindahan MRB bisa dilakukan saat ini karena adanya damai di Aceh. Ia mengatakan, sekiranya tidak ada perdamaian di Aceh akibat konflik berkepanjangan, maka tidak mungkin bisa membangun masjid menjadi begitu indah.
Peresemian infrastruktur MRB Banda Aceh, kemarin dihadiri Menteri Agraria Sofyan Djalil, Gubenrur Aceh dr Zaini Abdullah, Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Prof Dr Tgk H Azman Ismail MA, bupati/wakil bupati dan wali kota/wakil wali kota se-Aceh, para ulama Aceh, dan tamu undangan lainnya.
Wapres bersama Menteri Agraria, Gubernur Zaini Abdullah, dan Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman juga meninjau infrastruktur masjid raya di bagian basement.
Wapres dan rombongan berjalan di atas marmer yang masih basah karena diguyur hujan pada paginya. Setelah melihat semua infrastruktur yang telah dibangun, Wapres mengakhiri kunjungannya. Ia turun ke area parkir di area basement sebelah utara masjid.
Namun ketika berjalan menuju parkir, Jusuf Kalla “dihadang” oleh genangan air yang tidak dibersihkan. Wapres menghidari genangan air dan berjalan sambil memegang tangan ajudannya. Gubernur Zaini, yang berada di sampingnya juga mengangkat celana untuk menghidari basah.
Istri Jusuf Kalla, Mufidah Jusuf Kalla yang berjalan di belakang sang suami juga berusaha mengangkat roknya. Beberapa anggota Paspampres langsung mencoba membersihkan genangan air tersebut.
Momen ini sempat diabadikan oleh fotografer serambinews.com, M Anshar. Menurut Anshar, air tersebut sangat mengganggu jalannya Wapres. “Airnya lumayan mengganggu. Sampai Pak Gubernur terpaksa mengangkat celana,” kata Anshar.
Amatan Serambi, sebelum acara peresmian, beberapa petugas cleaning service masjid bersama petugas dari PT Waskita Karya mengebut membersihkan lantai marmer masjid yang basah diguyur hujan. Sebagian tampak membuang air dan sebagian lagi mengepel untuk pengeringan.
Sumber: Serambi Indonesia
Comments
Post a Comment